Sejarah yang Mengukir Makna
Akar sejarah Idul Adha terukir kuat dalam kisah Nabi Ibrahim AS. Dalam serangkaian mimpinya, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, yang sangat ia cintai. Ini adalah ujian keimanan yang maha berat bagi seorang ayah yang telah lama mendambakan keturunan. Dengan ketabahan luar biasa, Nabi Ibrahim berunding dengan putranya, dan Nabi Ismail dengan penuh keikhlasan menyatakan kesiapannya untuk dikorbankan demi memenuhi perintah Allah.
Saat Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba sembelihan yang besar. Peristiwa ini menjadi bukti keikhlasan dan ketaatan luar biasa dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sejak saat itu, ibadah kurban disyariatkan sebagai bentuk pengingat atas keteladanan mereka, dan dilaksanakan setiap tahun pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah). Ibadah kurban juga menjadi penanda puncak dari rangkaian ibadah haji di Tanah Suci.
Sunah-sunah dalam Idul Adha
Untuk memaksimalkan ibadah di Hari Raya Idul Adha, umat Muslim dianjurkan untuk mengamalkan beberapa sunah Rasulullah SAW:
- Mengumandangkan Takbir: Takbir "Allahu Akbar" disunahkan sejak terbenamnya matahari pada malam Hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga berakhirnya hari Tasyrik (13 Dzulhijjah) setelah salat Ashar.
- Mandi Besar (Ghusl): Dianjurkan untuk mandi besar sebelum berangkat salat Idul Adha sebagai bentuk penyucian diri dan kesiapan menyambut hari raya.
- Mengenakan Pakaian Terbaik dan Wangi-wangian: Mengenakan pakaian yang bersih, rapi, dan terbaik yang dimiliki, serta memakai wewangian (terutama bagi laki-laki) adalah bentuk penghormatan terhadap hari raya.
- Tidak Makan Sebelum Salat Id: Berbeda dengan Idul Fitri, disunahkan untuk tidak makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat Idul Adha, dan baru makan setelah salat serta penyembelihan kurban.
- Berjalan Kaki Menuju Tempat Salat: Dianjurkan untuk berjalan kaki menuju tempat pelaksanaan salat Idul Adha dan mengambil jalan yang berbeda saat pulang. Hal ini bertujuan untuk menyebarkan syiar dan silaturahmi.
- Mempercepat Pelaksanaan Salat Idul Adha: Salat Idul Adha disunahkan dilaksanakan lebih awal dibandingkan salat Idul Fitri.
Meneladani Keteguhan Iman dan Pengorbanan
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah inti dari teladan Idul Adha yang menginspirasi umat manusia. Ini adalah cerminan dari ketaatan mutlak Nabi Ibrahim pada perintah Allah untuk menyembelih putranya, mengajarkan kita tentang kepasrahan iman sejati. Keikhlasan dan kesabaran Nabi Ismail dalam menerima takdirnya menunjukkan kekuatan hati yang tawakal.
Lebih jauh, kisah ini memperlihatkan keteguhan iman sebuah keluarga—Nabi Ibrahim sebagai ayah, Nabi Ismail sebagai anak, dan Siti Hajar sebagai ibu—yang bersama-sama menghadapi ujian terberat. Puncaknya, syariat kurban lahir sebagai simbol pengorbanan dan berbagi, di mana daging kurban didistribusikan kepada yang membutuhkan, menumbuhkan solidaritas dan empati. Ini juga menegaskan pentingnya doa dan tawakal dalam setiap kesulitan, karena pertolongan Allah akan selalu ada bagi hamba-Nya yang berserah diri.
Singkatnya, Idul Adha mengajarkan tentang ketaatan tanpa syarat, keikhlasan dalam berkorban, dan kepedulian terhadap sesama. Dengan memahami sejarah, mengamalkan sunah, dan meneladani nilai-nilai luhur tersebut, diharapkan perayaan ini tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, melainkan menjadi momentum untuk memperkuat keimanan, meningkatkan ketaqwaan, dan menebarkan keberkahan bagi seluruh umat.