Di antara hari-hari yang dimuliakan dalam Islam, Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) menempati posisi istimewa. Kedua hari ini bukan hanya sekadar tanggal di kalender Hijriyah, melainkan hari yang sarat dengan sejarah, hikmah, dan pelajaran berharga bagi umat Muslim. Sejak zaman para nabi hingga masa Rasulullah ﷺ, Asyura telah menjadi hari yang diagungkan, diisi dengan ibadah, refleksi, dan syukur atas pertolongan Allah.
Asal-Usul dan Makna Tasu’a serta Asyura
Kata Tasu’a berasal dari bahasa Arab tis’ah, yang berarti "sembilan", merujuk pada tanggal 9 Muharram. Sementara Asyura berasal dari kata ‘asyarah (sepuluh), menandakan hari kesepuluh di bulan yang sama. Keduanya sering disebut bersamaan karena memiliki keterkaitan erat dalam amalan dan peristiwa penting.
Sejak masa jahiliyah, masyarakat Arab telah mengenal hari Asyura sebagai hari yang dimuliakan. Bahkan, Rasulullah ﷺ menemukan orang-orang Yahudi di Madinah berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur atas keselamatan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun. Melihat hal itu, beliau bersabda:
"Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian." (HR. Bukhari & Muslim)
Sejak saat itu, puasa Asyura menjadi salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Sejarah Besar di Balik Hari Asyura
Hari Asyura bukan hanya tentang puasa, melainkan juga hari di mana banyak peristiwa besar terjadi dalam sejarah para nabi dan umat Islam.
Keselamatan Nabi Musa dan Tenggelamnya Fir’aun
Allah ﷻ menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dengan membelah Laut Merah, sementara Fir’aun dan bala tentaranya ditenggelamkan. Peristiwa agung ini menjadi bukti kekuasaan Allah sekaligus pelajaran tentang kehancuran orang-orang yang sombong dan zalim.
Kapal Nabi Nuh Berlabuh dengan Selamat
Setelah banjir besar melanda umat yang durhaka, bahtera Nabi Nuh akhirnya berlabuh di bukit Judi pada hari Asyura. Hari itu menjadi simbol keselamatan bagi orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah.
Diterimanya Taubat Nabi Adam
Nabi Adam, manusia pertama yang pernah tergoda hingga terusir dari surga, diterima taubatnya oleh Allah pada hari Asyura. Ini mengajarkan kita bahwa pintu ampunan Allah selalu terbuka bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh bertaubat.
Kesyahidan Imam Husain di Karbala
Di tengah kemuliaan hari Asyura, ada duka yang mendalam bagi umat Islam. Pada 10 Muharram 61 Hijriyah, cucu Rasulullah ﷺ, Imam Husain bin Ali, gugur syahid dalam pertempuran tidak seimbang melawan pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbala. Peristiwa ini menjadi pengingat akan harga mahal yang harus dibayar untuk membela kebenaran.
Keagungan dan Amalan di Hari Tasu’a serta Asyura
Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan umatnya untuk memanfaatkan hari-hari ini dengan ibadah dan kebaikan.
Puasa Tasu’a dan Asyura
Awalnya, Rasulullah ﷺ berpuasa pada hari Asyura saja, mengikuti tradisi yang ada. Namun, beliau kemudian berniat untuk menambah puasa pada tanggal 9 Muharram (Tasu’a) sebagai pembeda dari puasa orang Yahudi. Sayangnya, beliau wafat sebelum sempat melakukannya.
Meski demikian, para sahabat dan ulama tetap menganjurkan puasa Tasu’a bersama Asyura. Keutamaannya sangat besar, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Puasa hari Asyura menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)
Memperbanyak Sedekah dan Kebaikan
Hari Asyura adalah waktu yang tepat untuk berbagi. Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk melapangkan rezeki bagi keluarga dan orang-orang yang membutuhkan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa siapa yang memberi kelapangan pada hari Asyura, Allah akan meluaskan rezekinya sepanjang tahun.
Mempererat Silaturahmi dan Memaafkan
Karena hari ini penuh dengan keberkahan, sangat dianjurkan untuk memperbaiki hubungan dengan sesama, memaafkan kesalahan orang lain, dan memperkuat ikatan persaudaraan.
Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Mengingat betapa mulianya hari ini, tak ada salahnya kita memperbanyak zikir, istighfar, dan doa. Hari Asyura adalah saat yang tepat untuk merenung, bertaubat, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Refleksi di Hari Asyura: Antara Syukur dan Kesabaran
Di balik kemuliaan Asyura, ada pelajaran besar yang bisa kita petik. Di satu sisi, kita bersyukur atas pertolongan Allah kepada para nabi dan orang-orang beriman. Di sisi lain, kita juga mengenang kesabaran dan pengorbanan Imam Husain serta para syuhada di jalan kebenaran.
Hari ini mengajarkan kita bahwa kemenangan hakiki bukan hanya tentang keselamatan jasmani, tetapi juga tentang keteguhan iman di tengah ujian. Seperti Nabi Musa yang diselamatkan dari Fir’aun, atau Imam Husain yang memilih syahid demi mempertahankan prinsip Islam.
Penutup: Menghidupkan Sunnah di Hari yang Mulia
Tasu’a dan Asyura adalah hari-hari yang penuh berkah. Mari kita isi dengan puasa, sedekah, dan amal shaleh lainnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mengambil hikmah dari sejarah, serta meraih keutamaan yang Allah sediakan di hari yang agung ini.
Bagaimana Anda biasanya mengisi hari Asyura? Apakah ada tradisi khusus di keluarga atau lingkungan Anda? Mari berbagi di kolom komentar!